Sabtu, 24 Agustus 2013

Mengenal Lebih Dekat MPASI (Makanan Pendamping ASI)



MPASI, yak, untuk ibu-ibu yang sudah mempunyai anak pasti mengenal singkatan ini, bahkan mungkin sebagian dari mereka (termasuk saya) sedang mengalami masa krisis MPASI. Kenapa? Susah menyusun menunya, mungkin ada juga yang anaknya lagi demo, istilahnya GTM (gerakan tutup mulut). Dimasakin ini ga mau, dimasakin itu dilepeh. Memang MPASI itu penuh dengan suka duka. Tapi, masa-masa itu bakal dikangenin. Percaya deh ;) 
Awalnya saya menyusun tulisan tentang MPASI ini, karena banyak teman-teman yang menanyakan perihal mpasi ini, saya ingin berbagi pengalaman yang sudah saya alami selama mengelola mpasi untuk rafa. 
Sebelum membahas tentang mpasi, kita juga perlu tau kenapa pemberian ASI eksklusif harus selama 6 bulan? Kenapa tidak 4 bulan saja seperti sebelumnya? Alasannya karena terlalu dini memperkenalkan MPASI dapat menyebabkan beberapa masalah yang mungkin timbul di antaranya:

  • Tersedak, hal ini dapat terjadi karena sebelum usia 6 bulan, perkembangan dan koordinasi otot dan saraf (neuromuscular) bayi belum sempurna. Bayi < 6 bulan masih dalam tahap menyempurnakan kontrol terhadap gerakan leher dan kepala. Sehingga, untuk ketrampilan menelan yang memang memerlukan usaha yang tidak mudah tentunya masih belum dikuasai dengan baik. 
  • Batuk, dapat terjadi terus menerus pada bayi yang diberikan MPASI terlalu dini karena selama dia mendapatkan ASI, Asi tersebut bersifat pembentuk basa, sedangkan jika bayi mulai menerima MPASI (kecuali buah) bersifat pembentuk asam sehingga akan meningkatkan pembentukan mucus berupa lendir dan dahak, dan akibatnya akan merangsang batuk terus menerus.  
  • Alergi, dapat terjadi pada bayi dengan riwayat alergi pada keluarganya. Sama seperti terjainya batuk, MPASI akan mengakibatkan tingkat keasaman yang tinggi sehingga fungsi imunitas tubuh terganggu. 
  • Sistem pencernaan terganggu, hal ini karena sebelum usia 6 bulan enzim yang diperlukan untuk pencernaan masih dalam tahap perkembangan dan belum sempurna, begitu pula dengan ginjalnya. Ginjal akan kewalahan menguraikan metabolisme dari MPASI. 
  • Kegemukan, bayi yang belum siap menerima MPASI akan mencerna makanan secara tidak efektif sehingga akan terjadi penumpukan lemak yang berakibat kegemukan. 
(Comittee on Medical Aspects of Food Policy)
 

Terus, bagaimana kita mengetahui bayi sudah siap menerima MPASI? Ternyata ada tanda-tandanya lho.. kalo kata wholesomebabyfood si “The best advice when considering starting solid foods for your baby is to "Watch the Baby - Not the Calendar" This is true for both breastfed and formula fed infants. Follow your baby's hunger cues and you'll never go wrong.” Yang intinya, lihat anak kita, bukan usianya berdasar kalender. 

Tanda bayi siap menerima MPASI: 

  • Hilangnya refleks lidah-leher. Hal ini sangat penting karena jika refleks ini telah hilang, bayi dapat minum dan menelan cairan dengan mudah. Jika refleks ini masih ada, ketika ada sesuatu di dalam mulutnya, dia akan kesulitan menelannya. Dan setelah 6 bulan, refleks ini secara bertahap akan hilang sehingga makanan dapat masuk ke dalam perutnya lebih mudah. 
  • Mempunyai kemampuan memberikan tanda kalau dia sudah kenyang dengan cara memalingkan muka dari botol atau payudara ketika disusui. Hal ini penting karena bayi dapat mengatur jumlah makanan yang dia butuhkan dan membantu bayi berhenti makan sehingga menghindari terjadinya overfeeding karena orang tua yang terus melanjutkan pemberian makanan dengan berpikir bayinya masih lapar.
  • Dapat duduk tegak dan menyangga tegak kepalanya (berkaitan dengan kemampuannya mengendalikan otot saraf di bagian kepala dan leher).
  • Memasukkan tangan atau benda apapun ke dalam mulutnya
  • Berat badannya sudah 2x lipat berat lahirnya  
  • Terlihat menginginkan dan berusaha meraih apa yang kita makan.

Seringkali, orang tua kita mengatakan kalau bayi suka bangun tengah malam dan rewel meski sudah disusui itu berarti dia lapar. Padahal itu dapat termasuk growth spurt yang terjadi pada 3-4 bulan, 6-7 bulan, dan 9-10 bulan. Bayi bangun tengah malam dapat jadi karena merasa tidak nyaman pada tubuhnya atau sedang tumbuh gigi. Jadi hal ini tidak dapat dijadikan patokan bahwa bayi kita harus dijejali MPASI terlalu dini. Be Smart Mom!

Memperkenalkan makanan padat pada bayi
Yang benar-benar perlu digarisbawahi adalah kita akan menuai apa yang kita tanam, maksudnya adalah jika kita menerapkan kebiasaan makan yang baik dan sehat, maka akan mempermudah kita dan menguntungkan kita di waktu yang akan datang.
Ketika kita sudah yakin bahwa bayi kita siap menerima makanan padat, tanamkan pada otak kita ‘JAUHI MAKANAN INSTAN’ dan dapat dimulai dengan buah alpukat, pisang, atau pir. Perkenalkan makanan satu jenis saja dan tunggu minimal 2-3 hari untuk melihat reaksinya terhadap makanan tersebut atau bahkan banyak yang berpedoman 4 hari sehingga sering dikenal sebagai 4 days wait rule. Selalu perhatikan apakah bayi mengalami reaksi alergi seperti diare, kemerahan, atau muntah-muntah. Jika hal ini terjadi, hentikan pemberiannya dan konsultasikan ke DSA (dokter spesialis anak) anak kita.
(wholesomebabyfood.com)
Dasar Pemberian MPASI menurut WHO
Menurut panduan terbaru dari WHO berikut panduan dasar dalam pemberian makanan untuk bayi adalah sebagai:
  • Lahir – 6 bulan : ASI saja sesuka bayi, tidak boleh diberi apapun selain ASI, termasuk air putih. Hal ini berlaku juga untuk bayi yang non ASI, formula saja sampai dengan usia 6 bulan.
  • 6 – 7 bulan : mulai dikenalkan makanan padat pertamanya, dimulai dari yang teksturnya encer menyerupai ASI dengan rasa yang tidak jauh berbeda dengan ASI. Saat ini dapat diberikan bubur susu, puree sayuran, puree buah. Sebaiknya bayi dikenalkan terlebih dahulu dengan sayur yang rasanya tidak seenak buah (untuk yang satu ini, saya tidak setuju, soalnya sudah dibuktikan di anak saya, yang diperkenalkan buah terlebih dahulu, ternyata suka juga sama sayur)
  • 8 – 9 bulan : tekstur makanan bayi mulai semakin padat, pada usia ini dapat dikenalkan bubur saring (sebaiknya hindari memblender makanan) à penting banget nih mom, anakku cepat tumbuh gigi juga karena naik terksturnya benar-benar diperhatikan. Jangan terlalu cepat tapi juga jangan terlambat. Watch Our Baby!
  • 9 – 12 bulan : dapat dikenalkan nasi tim yang kadar airnya disesuaikan dengan kemampuan bayi mengunyah dan berlanjut menjadi makin meyerupai table food yang dinikmati oleh anggota keluarga yang lain (mulai usia 11 bulan, menu anakku diadaptasi dari menu sehari-hari biar dia terbiasa, hanya saja gula dan garam dihilangkan).
Untuk masalah jenis makanan yang pertama kali diperkenalkan, ada banyak aliran (kayak apa aja ya). Ada yang menganut serealia terlebih dahulu seperti WHO, ada yang menganut buah dahulu, dan ada yang menganut sayur terlebih dahulu.
Nah, kalau menurut WHO, urutan pengenalannya seperti ini:
1. Serealia
WHO menganjurkan kita memulai MPASI dengan serealia (beras putih, beras merah, oat/havermuth). Alasannya:
- Serealia adalah bahan makanan yang paling minim memicu reaksi intoleransi pada bayi (awamnya alergi). Paling minim, bukannya tidak akan menimbulkan alergi. Reaksi intoleransi ini sebisa mungkin dihindari terjadi pada bayi, karena bukan hanya mengganggu, bahkan bisa berbahaya. Contoh reaksi intoleransi ini antara lain: ruam, sembelit, diare, sesak nafas, dll.
- Rasa serealia biasanya hambar, maka ketika dicampur dengan asip, hanya rasa asip yang terasa. Tekstur makanan pertama bayi adalah cair, bagai ASIP berbubur.
- Bayi 6 bulan memerlukan banyak sekali kalori, dan hanya bisa dipenuhi oleh karbohidrat. Berapa banyak kasus bayi yang ditunda pemberian karbonya yang berat badannya naik pesat setelah diberi karbo? Karena memang, 6m+ itu aktivitasnya sudah berjibun. Dia belajar berdiri, merangkak, atau merayap, berceloteh, dan lain-lain. Semua itu memerlukan banyak sekali kalori yang sudah tidak bisa lagi dipenuhi oleh ASI/ASIP.
 
2. Daging
Awalnya WHO meletakkan jadwal daging ini di usia 8bulan. Namun dengan banyaknya kasus bayi di bawah 2 tahun dengan anemia defisiensi besi, terutama di Asia, WHO-pun memajukan jadwal makan daging ini menjadi: MINGGU KEDUA MPASI. Ada pendapat lain: 6,5 bulan.
Bersama daging merah ini juga bisa dikenalkan air jeruk. Karena daging mengandung banyak zat besi dan vitamin C membantu penyerapannya. Air jeruk mengandung vitamin C yang tinggi. Berikan daging dan air jeruk bersamaan/berdekatan. Tapi ada juga yang berpendapat, jeruk itu tinggi potensinya mencetuskan alergi, sehingga pemberiannya ditunda sampai usia 9 bulan.
Pantangan dalam memberikan daging adalah: tidak boleh diberikan bersamaan/berdekatan dengan susu (ASI/ASIP/sufor). Karena susu menghambat penyerapan zat besi.
 
3. Sayur karbo
Setelah dikenalkan dengan daging, kenalkan bayi dengan sayuran berkarbohidrat, seperti kentang, ubi, labu kuning, kacang ijo, dll. Tetap karbo, karena bayi masih memerlukan kalori tinggi. Ibu bisa tetap memberikan makan 1x sehari atau meningkat jadi 2x sehari. Kekentalannya juga meningkat sesuai keterampilan bayi.
 
4. Sayur nonkarbo
Ketika ibu memberikan sayuran nonkarbohidrat pada bayi, bayi sudah makan 2x sehari, salah satunya adalah bubur (karbo). Sayuran ini antara lain: wortel, bayam, sawi, terung, labu siam, dll. Disarankan pemberian sayur nonkarbo ini dalam bentuk finger food, alias dipotong menyerupai korek api dan dimakan sendiri sama bayi. Nah, metode pemberian makanan seperti ini disebut BLW (baby led-weaning). Pembahasan mengenai BLW ini next posting ya..
 
5. Buah
banyak yang berpendapat, kalau dikasih buah dulu bakal ga doyan sayur, karena sayur cenderung hambar. Siapa bilang? Kita menganggap sayur itu hambar karena kita sudah terbiasa dengan makanan yang banyak bumbu dari kecil sampai sekarang. Untuk lidah bayi yang masih ‘PERAWAN’ tentunya sayur pun ada rasanya tersendiri. Dan sudah dibuktikan kok ke anakku. Dia dikenalkan mulai dari buah terlebih dahulu, tapi sampai sekarang doyan sayur, malah hobinya emank makan sayur :). Untuk buah-buahan tertentu (misal: apel, pir) bisa dikukus dulu biar lunak, kalau keras takutnya bikin tersedak.


Untuk aliran yang memulai pengenalan makanan dari buah ini, salah satu pakarnya adalah pak Wied Harry, seorang konsultan gizi dan food combining. Saya sendiri memakai buku-bukunya, lengkap banget lho. Judulnya “Makanan Bayi Sehat Alami”. Untuk pengenalan jenis makanan per usia dilanjutkan di postingan berikutnya ya :)



Metode Pemberian MPASI
 Ada yang memakai sistem konvensional (spoon feeding alias disuapi) ada yang menganut BLW (baby led-weaning). kalau untuk metode konvensional ya seperti orang-orang pada umumnya yang memperkenalkan makanan pada anaknya dimulai dari disuapi, melewati tahap-tahap tekstur dari puree, bubur saring, bubur tim, tim cincang, dan akhirnya table food atau makanan yang sama yang dimakan oleh orang dewasa.
Kalau metode blw, tahap-tahap itu di-skip. Bayi 6 bulan yang telah siap menerima makanan padat langsung diperkenalkan dengan finger food (makanan yang dipotong-potong dan dapat dipegang dengan jari jemari). Dengan metode BLW ini, bayi diharapkan dapat menentukan sendiri makanan yang terbaik untuk dirinya, dan seberapa porsi yang dia butuhkan. kalau saya sendiri bagaimana? Awalnya saya memilih untuk memakai metode konvensional, menyuapi makanan yang dibuat puree. Namun, karena saya melihat rafa antusias jika diberikan kesempatan untuk menyuapi dirinya sendiri, sejak saat itu saya menggunakan metode BLW meski kadang masih saya suapi. Mau tau lebih detail mengenai BLW? Tunggu postingan saya berikutnya ya :)
Ini rafa awal-awal mpasi, makan cemilan kembang kol kukus :p

 kalau yang ini udah 8 bulan, giginya udah 5, bisa makan jagung sendiri ;)


sumber:  
buku super lengkap Makanan Bayi Sehat  Alami (Wied Harry Apriadji)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...