MPASI, yak, untuk ibu-ibu yang sudah mempunyai anak pasti mengenal singkatan ini, bahkan mungkin sebagian dari mereka (termasuk saya) sedang mengalami masa krisis MPASI. Kenapa? Susah menyusun menunya, mungkin ada juga yang anaknya lagi demo, istilahnya GTM (gerakan tutup mulut). Dimasakin ini ga mau, dimasakin itu dilepeh. Memang MPASI itu penuh dengan suka duka. Tapi, masa-masa itu bakal dikangenin. Percaya deh ;)
Awalnya saya menyusun tulisan tentang MPASI ini, karena
banyak teman-teman yang menanyakan perihal mpasi ini, saya ingin berbagi
pengalaman yang sudah saya alami selama mengelola mpasi untuk rafa.
Sebelum
membahas tentang mpasi, kita juga perlu tau kenapa pemberian ASI eksklusif
harus selama 6 bulan? Kenapa tidak 4 bulan saja seperti sebelumnya? Alasannya karena terlalu
dini memperkenalkan MPASI dapat menyebabkan beberapa masalah yang mungkin
timbul di antaranya:
- Tersedak,
hal ini dapat terjadi karena sebelum usia 6 bulan, perkembangan dan koordinasi
otot dan saraf (neuromuscular) bayi belum sempurna. Bayi < 6 bulan masih
dalam tahap menyempurnakan kontrol terhadap gerakan leher dan kepala. Sehingga,
untuk ketrampilan menelan yang memang memerlukan usaha yang tidak mudah
tentunya masih belum dikuasai dengan baik.
- Batuk,
dapat terjadi terus menerus pada bayi yang diberikan MPASI terlalu dini karena
selama dia mendapatkan ASI, Asi tersebut bersifat pembentuk basa, sedangkan
jika bayi mulai menerima MPASI (kecuali buah) bersifat pembentuk asam sehingga
akan meningkatkan pembentukan mucus berupa lendir dan dahak, dan akibatnya akan
merangsang batuk terus menerus.
- Alergi,
dapat terjadi pada bayi dengan riwayat alergi pada keluarganya. Sama seperti
terjainya batuk, MPASI akan mengakibatkan tingkat keasaman yang tinggi sehingga
fungsi imunitas tubuh terganggu.
- Sistem
pencernaan terganggu, hal ini karena sebelum usia 6 bulan enzim yang diperlukan
untuk pencernaan masih dalam tahap perkembangan dan belum sempurna, begitu pula
dengan ginjalnya. Ginjal akan kewalahan menguraikan metabolisme dari MPASI.
- Kegemukan,
bayi yang belum siap menerima MPASI akan mencerna makanan secara tidak efektif
sehingga akan terjadi penumpukan lemak yang berakibat kegemukan.
(Comittee on Medical Aspects of Food Policy)
Terus,
bagaimana kita mengetahui bayi sudah siap menerima MPASI? Ternyata ada
tanda-tandanya lho.. kalo kata wholesomebabyfood si “The best advice when considering starting solid foods for your baby is
to "Watch the Baby - Not the Calendar" This is true for both
breastfed and formula fed infants. Follow your baby's hunger cues and you'll
never go wrong.” Yang intinya, lihat anak kita, bukan usianya berdasar
kalender.
Tanda bayi siap menerima MPASI:
- Hilangnya
refleks lidah-leher. Hal ini sangat penting karena jika refleks ini telah
hilang, bayi dapat minum dan menelan cairan dengan mudah. Jika refleks ini
masih ada, ketika ada sesuatu di dalam mulutnya, dia akan kesulitan menelannya.
Dan setelah 6 bulan, refleks ini secara bertahap akan hilang sehingga makanan
dapat masuk ke dalam perutnya lebih mudah.
- Mempunyai
kemampuan memberikan tanda kalau dia sudah kenyang dengan cara memalingkan muka
dari botol atau payudara ketika disusui. Hal ini penting karena bayi dapat
mengatur jumlah makanan yang dia butuhkan dan membantu bayi berhenti makan sehingga
menghindari terjadinya overfeeding karena orang tua yang terus melanjutkan
pemberian makanan dengan berpikir bayinya masih lapar.
- Dapat
duduk tegak dan menyangga tegak kepalanya (berkaitan dengan kemampuannya
mengendalikan otot saraf di bagian kepala dan leher).
- Memasukkan
tangan atau benda apapun ke dalam mulutnya
- Berat
badannya sudah 2x lipat berat lahirnya
- Terlihat
menginginkan dan berusaha meraih apa yang kita makan.
Seringkali, orang tua kita mengatakan kalau bayi suka bangun
tengah malam dan rewel meski sudah disusui itu berarti dia lapar. Padahal itu
dapat termasuk growth spurt yang
terjadi pada 3-4 bulan, 6-7 bulan, dan 9-10 bulan. Bayi bangun tengah malam
dapat jadi karena merasa tidak nyaman pada tubuhnya atau sedang tumbuh gigi.
Jadi hal ini tidak dapat dijadikan patokan bahwa bayi kita harus dijejali MPASI
terlalu dini. Be Smart Mom!
Memperkenalkan makanan padat pada bayi
Yang benar-benar
perlu digarisbawahi adalah kita akan menuai apa yang kita tanam, maksudnya
adalah jika kita menerapkan kebiasaan makan yang baik dan sehat, maka akan
mempermudah kita dan menguntungkan kita di waktu yang akan datang.
Ketika
kita sudah yakin bahwa bayi kita siap menerima makanan padat, tanamkan pada
otak kita ‘JAUHI MAKANAN INSTAN’ dan dapat dimulai dengan buah alpukat, pisang,
atau pir. Perkenalkan makanan satu jenis saja dan tunggu minimal 2-3 hari untuk
melihat reaksinya terhadap makanan tersebut atau bahkan banyak yang berpedoman
4 hari sehingga sering dikenal sebagai 4
days wait rule. Selalu perhatikan apakah bayi mengalami reaksi alergi
seperti diare, kemerahan, atau muntah-muntah. Jika hal ini terjadi, hentikan
pemberiannya dan konsultasikan ke DSA (dokter spesialis anak) anak kita.
(wholesomebabyfood.com)
Dasar Pemberian
MPASI menurut WHO
Menurut panduan terbaru dari WHO berikut panduan dasar
dalam pemberian makanan untuk bayi adalah sebagai:
- Lahir – 6 bulan : ASI saja sesuka bayi, tidak boleh diberi apapun
selain ASI, termasuk air putih. Hal ini berlaku juga untuk bayi yang non
ASI, formula saja sampai dengan usia 6 bulan.
- 6 – 7 bulan : mulai dikenalkan makanan padat pertamanya, dimulai dari
yang teksturnya encer menyerupai ASI dengan rasa yang tidak jauh berbeda
dengan ASI. Saat ini dapat diberikan bubur susu, puree sayuran, puree
buah. Sebaiknya bayi dikenalkan terlebih dahulu dengan sayur yang rasanya
tidak seenak buah (untuk yang satu ini, saya tidak setuju, soalnya sudah
dibuktikan di anak saya, yang diperkenalkan buah terlebih dahulu, ternyata
suka juga sama sayur)
- 8 – 9 bulan : tekstur makanan bayi mulai semakin padat, pada usia ini
dapat dikenalkan bubur saring (sebaiknya hindari memblender makanan) Ã penting
banget nih mom, anakku cepat tumbuh gigi juga karena naik terksturnya
benar-benar diperhatikan. Jangan terlalu cepat tapi juga jangan terlambat.
Watch
Our Baby!
- 9 – 12 bulan : dapat dikenalkan nasi tim yang kadar airnya disesuaikan
dengan kemampuan bayi mengunyah dan berlanjut menjadi makin meyerupai table food yang dinikmati oleh
anggota keluarga yang lain (mulai usia 11 bulan, menu anakku diadaptasi
dari menu sehari-hari biar dia terbiasa, hanya saja gula dan garam
dihilangkan).
Untuk masalah
jenis makanan yang pertama kali diperkenalkan, ada banyak aliran (kayak apa aja
ya). Ada yang menganut serealia terlebih dahulu seperti WHO, ada yang menganut
buah dahulu, dan ada yang menganut sayur terlebih dahulu.
Nah,
kalau menurut WHO, urutan pengenalannya seperti ini:
1. Serealia
WHO menganjurkan kita memulai MPASI dengan serealia (beras putih, beras merah,
oat/havermuth). Alasannya:
- Serealia adalah bahan makanan yang paling minim memicu reaksi intoleransi
pada bayi (awamnya alergi). Paling minim, bukannya tidak akan menimbulkan
alergi. Reaksi intoleransi ini sebisa mungkin dihindari terjadi pada bayi,
karena bukan hanya mengganggu, bahkan bisa berbahaya. Contoh reaksi intoleransi
ini antara lain: ruam, sembelit, diare, sesak nafas, dll.
- Rasa serealia biasanya hambar, maka ketika dicampur dengan asip, hanya rasa
asip yang terasa. Tekstur makanan pertama bayi adalah cair, bagai ASIP
berbubur.
- Bayi 6 bulan memerlukan banyak sekali kalori, dan hanya bisa dipenuhi oleh
karbohidrat. Berapa banyak kasus bayi yang ditunda pemberian karbonya yang
berat badannya naik pesat setelah diberi karbo? Karena memang, 6m+ itu
aktivitasnya sudah berjibun. Dia belajar berdiri, merangkak, atau merayap,
berceloteh, dan lain-lain. Semua itu memerlukan banyak sekali kalori yang sudah
tidak bisa lagi dipenuhi oleh ASI/ASIP.
2. Daging
Awalnya WHO meletakkan jadwal daging ini di usia 8bulan. Namun dengan banyaknya
kasus bayi di bawah 2 tahun dengan anemia defisiensi besi, terutama di Asia,
WHO-pun memajukan jadwal makan daging ini menjadi: MINGGU KEDUA MPASI. Ada
pendapat lain: 6,5 bulan.
Bersama daging merah ini juga bisa dikenalkan air jeruk. Karena daging
mengandung banyak zat besi dan vitamin C membantu penyerapannya. Air jeruk
mengandung vitamin C yang tinggi. Berikan daging dan air jeruk
bersamaan/berdekatan. Tapi ada juga yang berpendapat, jeruk itu tinggi
potensinya mencetuskan alergi, sehingga pemberiannya ditunda sampai usia 9
bulan.
Pantangan dalam memberikan daging adalah: tidak boleh diberikan bersamaan/berdekatan
dengan susu (ASI/ASIP/sufor). Karena susu menghambat penyerapan zat besi.
3. Sayur karbo
Setelah dikenalkan dengan daging, kenalkan bayi dengan sayuran berkarbohidrat,
seperti kentang, ubi, labu kuning, kacang ijo, dll. Tetap karbo, karena bayi
masih memerlukan kalori tinggi. Ibu bisa tetap memberikan makan 1x sehari atau
meningkat jadi 2x sehari. Kekentalannya juga meningkat sesuai keterampilan
bayi.
4. Sayur nonkarbo
Ketika ibu memberikan sayuran nonkarbohidrat pada bayi, bayi sudah makan 2x
sehari, salah satunya adalah bubur (karbo). Sayuran ini antara lain: wortel,
bayam, sawi, terung, labu siam, dll. Disarankan pemberian sayur nonkarbo ini
dalam bentuk finger food, alias
dipotong menyerupai korek api dan dimakan sendiri sama bayi. Nah, metode
pemberian makanan seperti ini disebut BLW (baby
led-weaning). Pembahasan mengenai BLW ini next posting ya..
5. Buah
banyak yang berpendapat, kalau dikasih buah dulu bakal ga doyan sayur, karena
sayur cenderung hambar. Siapa bilang? Kita menganggap sayur itu hambar karena
kita sudah terbiasa dengan makanan yang banyak bumbu dari kecil sampai
sekarang. Untuk lidah bayi yang masih ‘PERAWAN’ tentunya sayur pun ada rasanya
tersendiri. Dan sudah dibuktikan kok ke anakku. Dia dikenalkan mulai dari buah
terlebih dahulu, tapi sampai sekarang doyan sayur, malah hobinya emank makan
sayur :). Untuk buah-buahan tertentu
(misal: apel, pir) bisa dikukus dulu biar lunak, kalau keras takutnya bikin
tersedak.
Untuk aliran
yang memulai pengenalan makanan dari buah ini, salah satu pakarnya adalah pak
Wied Harry, seorang konsultan gizi dan food
combining. Saya sendiri memakai buku-bukunya, lengkap banget lho. Judulnya “Makanan
Bayi Sehat Alami”. Untuk pengenalan jenis makanan per usia dilanjutkan di
postingan berikutnya ya :)
Metode Pemberian MPASI
Ada yang memakai sistem konvensional (spoon feeding alias disuapi) ada yang menganut BLW (baby led-weaning). kalau untuk metode konvensional ya seperti orang-orang pada umumnya yang memperkenalkan makanan pada anaknya dimulai dari disuapi, melewati tahap-tahap tekstur dari puree, bubur saring, bubur tim, tim cincang, dan akhirnya table food atau makanan yang sama yang dimakan oleh orang dewasa.
Kalau metode blw, tahap-tahap itu di-skip. Bayi 6 bulan yang telah siap menerima makanan padat langsung diperkenalkan dengan finger food (makanan yang dipotong-potong dan dapat dipegang dengan jari jemari). Dengan metode BLW ini, bayi diharapkan dapat menentukan sendiri makanan yang terbaik untuk dirinya, dan seberapa porsi yang dia butuhkan. kalau saya sendiri bagaimana? Awalnya saya memilih untuk memakai metode konvensional, menyuapi makanan yang dibuat puree. Namun, karena saya melihat rafa antusias jika diberikan kesempatan untuk menyuapi dirinya sendiri, sejak saat itu saya menggunakan metode BLW meski kadang masih saya suapi. Mau tau lebih detail mengenai BLW? Tunggu postingan saya berikutnya ya :)
Ini rafa awal-awal mpasi, makan cemilan kembang kol kukus :p
kalau yang ini udah 8 bulan, giginya udah 5, bisa makan jagung sendiri ;)
sumber: